Industri Serok Desa Mekarwangi Menembus Ekspor

Lima orang pria duduk berdekatan di halaman sebuah rumah yang terletak persis di pertigaan Jalan Desa Mekar Wangi, Kecamatan Tanah Sereal, Bogor. Mereka terlihat sibuk dengan bagian pekerjaan masing-masing sehingga tidak saling menyapa, serius dengan pekerjaan memasukkan potongan seng ke dalam " mesin cetak manual, menganyam dengan kawat baja membentuk jaring, serta memotong kawat nyamuk lalu mengikatnya kuat mengikuti lingkaran kawat yang dilengkapi pegangan kayu.

Demikian aktivitas di "pabrik" pembuatan serok, sebuah industri rumah tangga di Desa Mekar Wangi RT 02/14. Sepuluh tahun lalu aktivitas membuat serok itu menjadi pemandangan yang biasa di sana, sehingga kampung itu terkenal dengan pembuat serok..

Lebih dari 50 kepala keluarga (KK) menggeluti usaha industri rumah tangga ini sebagai mata pencaharian. Belakangan usaha itu banyak yang gulung tikar dengan beragam alasan. Kurang dari 10 yang masih bertahan samapi sekarang.

Aminah (55) adalah salah satu pemilik usaha pembuatan serok yang masih bertahan. Bisnis ini terkesan jalan di tempat dan sulit berkembang lantaran pengeloaan yang masih tradisional. Pangsa pasar yang terbuka lebar ini tidak bisa diambil karena terbentur kendala. Modal dan sumber daya manusia (SDM) yang membuat dirinya terseok-seok untuk mengembangkan usahanya itu.

Mereka banyak keluar dan memilih kerja bangunan," ujar Aminah ditemui di rumahnya beberapa waktu lalu.

Sudah 27 tahun nenek tiga cucu ini menjalankan usaha serok ini bersama Manaf (75), suaminya. Dengan ketekunan mereka menjalankan usaha ini, sehingga saat ini memiliki 12 karyawan.

Semua itu berangkat dari modal awal menjual kambing dari mertua seharga Rp 200. 000. Hasil penjualan kambing itu digunakan sebagai modal membeli kawat dan bahan baku pembuat serok. Idc serok menjadi pilihan usahanya ini untuk menjalankan amanat dari bapak mertuanya. "Bapak bilang bikin serok aja, ini modalnya," ujar Aminah.

Sebelumnya Aminah merupakan buruh tani yang mendapat upah harian. Kemudian dia menikah dengan Manaf dan meninggalkan sawah unutk berdagang makanan keliling. Setiap pagi dia menjual gorengan atau nasi uduk berkeliling dari kampung ke kampung. Kegiatan itu berjalan dua tahun. "Capek kalau dagang, jam 2 pagi sudah ke pasar belanja, terus masak. Sore baru selesai," ujarnya.

Namun setelah suaminya merintis usaha membuat serok, Aminah pun mendampingi. Awalnya, serok itu dibuat oleh pasangan suami-istri ini sendiri. Adapun bentuk dan ukuran serok itu merupakan kreasi mereka dengan melihat contoh yang sudah tersedia. "Biasanya kalau lagi lewat di pasar lihat bentuk panggangan nanti di gambar sama bapak," ujarnya.

Usaha yang dijalani ini relatif tanpa kendala. Selain membutuhkan karyawan baru dan modal untuk mengembangkan usaha, saat ini setidaknya mereka memproduksi 50 lusin serok per hari, campuran dari jenis laba-laba dan kawat ram beragam ukuran, yang dikirim ke agen di daerah Balimester, Jatinegara.

Angka produksi itu itu menghasilkan omzet Rp 1,5 juta perh ari dengan asumsi harga jual Rp 27. 000 per lusin. Mengacu omzet harian itu, bisnis yang dikelola Aminah menghasilkan omset Rp 45 Juta per bulan. Dari hasil itu, dirinya bisa membangun rumah seluas 300 meter persegi, kontrakan dua pintu, rumah anak, membeli sepeda motor, dan menyekolahkan anak sampai perguruan tinggi.

Ekspor

Usaha membuat serok ini mengalami masa keemasan, yakni di tahun 1998 waktu banjir pesanan untuk diekspor. Aminah menceritakan saat itu kedatangan seorang pengc-pul yang memintanya menyiapkan ratusan lusin serok untuk dikirim ke luar negeri melalui jalur laut.

Mantan buruh tani itu tidak tahu pasti produk buatannya itu dikirim ke negara mana, karena dia hanya mengirim pesanan itu ke Pelabuhan Tanjungpriok untuk dikirim ke Batam. Peluang emas itu hanya bisa dinikmatinya beberapa kali saja karena keterbatasan tenaga kerja sehingga dia tidak sanggup memenuhi permintaan.

"Mintanya itu seratus lusin. Sempat keteteran karena nggak ada yang ngcrjainnya," ujar Aminah yang saat ini mengatakan peluang itu hilang.

Saat ini. Aminah hanya mengerjakan pesanan tiga agen di Bali Mester. Ketiga agen itu, kata Aminah menjadi pelanggan setia karena kualitas barang yang dikirimnya lumayan bagus. Karena itu barangnya tidak sampai lama menumpuk di gudang karena langsung terjual.

"Barang dari orang lain juga banyak yang lebih murah, tapi kalau untuk nyempitin gudang untuk apa? Makanya dia masih minta dikirimin karena barang kiriman saya berkualitas," ujar Aminah sedikit membanggakan produknya.

0 Response to "Industri Serok Desa Mekarwangi Menembus Ekspor"

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...