Minuman tradisional bisa dongkrak ekonomi

Indonesia memiliki aneka minuman tradisional yang sudah sangat popular di masyarakat. Sebut saja kunyit asam, bandrek, temula-wak, jahe dan sebagainya.

Aneka minuman tradisional tersebut selama ini belum tergarap optimal pemanfaatan dan penya-liannya. Padahal di sejumlah negara, minuman tradisional sudah menjadi ikon yang mampu mendatangkan nilai budaya sekaligus bisa mendongkrak ekonomi. Jepang dengan minuman sak-enya dan Korea dengan ging-sennya.

Lalu bagaimana dengan Indonesia? Potensi minuman tradisional untuk tampil menjadi ikon budaya dan ekonomi sesungguhnya amatlah besar.

Charles Saerang, ketua gabungan Pengusaha Jamu (GP-Jamu) bahkan yakin bila dikembangkan lebih serius, minuman tradisional mampu menjadi salah satu penopang ekonomi nasional yang bisa merekrut pelaku usaha kecil dalam jumlah besar.

"Kita cuma perlu keberanian untuk membudayakan minuman tradisional dalam momen dan even yang berharga," kata Charles saat mendampingi Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, bersi-laturahmi dengan warga di Mesjid Itiqlal, kemarin.

Menurut dia, dalam berbagai acara resmi dan tidak resmi kebanyakan instansi atau masyarakat biasa menyajikan minuman soft drink bagi para pengunjung. Padahal minuman tersebut menimbulkan berbagai dampak mulai dari kegemukan hingga berbagai gangguan pencernaan lainnya.

Jika saja aneka jenis soft drink tersebut diganti dengan minuman tradisional seperti jahe, temulawak, kunyit asam, dan sebagainya maka dampaknya kesehatan masyarakat akan terjaga. Tentu hal ini perlu juga mendapat dorongan dari pemerintah untuk mulai mem-budayakannya.

"Bisa dibayangkan berapa juta petani akan dihidupi jika penggunaan jahe dan kunyit meningkat besar-besaran/ tegas Charles, (faisal/st)

0 Response to "Minuman tradisional bisa dongkrak ekonomi"

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...